Selasa, 15 Januari 2013

Tes Kesehatan Pranikah Pria dan Wanita

sumber: www.detik.com

Pria
Pada pria, pemeriksaan yang dilakukan relatif lebih sedikit ketimbang wanita. Wanita membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk menjamin bayi yang dikandungnya tidak terinfeksi parasit yang mungkin menyerang ibunya. Tes premarital check up yang diperlukan pria antara lain adalah:

1. Hematologi Rutin
Bertujuan mengetahui cukup atau tidaknya jumlah sel darah, mengetahui adanya penyakit darah, seperti thalasemia, anemia, kanker darah, infeksi, kecenderungan pembekuan darah dan lain-lain. Yang diperiksa adalah kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, sel darah putih, trombosit, jenis sel darah putih dan laju endap darah.

2. Analisa Hemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Tujuannya untuk mengetahui adanya penyakit darah, terutama Thalassemia. Thalassemia adalah penyakit di mana sel darah merah berumur sangat pendek dibanding sel darah merah normal. Penderita harus menjalani transfusi darah sekali sebulan untuk mendapat pasokan sel darah merah.

Penyakit ini adalah penyakit keturunan. Orang yang memiliki gen carier Thalassemia sebaiknya jangan menikah dengan sesama carier sebab ada kemungkinan anaknya akan mengalami Thalassemia mayor seperti yang disebutkan di atas. Sedangkan pemilik gen carier tidak mengalami gejala apapun.

3. Urine Rutin
Pemeriksaan ini berfungsi untuk memantau fungsi ginjal, penyakit ginjal, kemungkinan terjadinya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau tumor.

4. Golongan Darah A, B, O dan Rhesus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui golongan darah berdasarkan sistem ABO dan Rhesus. Bagi pasangan yang memiliki golongan darah dengan Rhesus yang berbeda, yaitu positif dengan negatif, janin yang dikandung bisa terancam.

Apabila janin ternyata memiliki Rhesus yang berbeda dengan milik ibunya, maka ia akan dianggap sebagai benda asing dan sistem kekebalan tubuh ibu akan menyerang janin. Dokter bisa memberikan obat untuk mengatasi kelainan rhesus ini, namun risiko pada bayi tetap ada.

5. Gula darah
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit diabetes melitus atau kencing manis. Ibu hamil yang memiliki diabetes tak terkontrol dapat menimbulkan masalah bagi ibu maupun janinnya. Pada pria, pemeriksaan ini juga perlu untuk mengetahui kondisi fisik secara keseluruhan. Apalagi keturunan pengidap diabetes juga berisiko mengidap diabetes.

6. HBsAg
Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis B yang dapat menimbulkan sirosis atau kerusakan jaringan hati dan kanker hati. Virus ini dapat menular lewat hubungan seksual, ciuman, kontak langsung dengan darah penderita, dan dari ibu ke janin di kandungan maupun saat persalinan. 

Penanda awal adanya virus ini adalah dengan mengukur HBsAg. Segera konsultasikan dengan dokter apabila pemeriksaan menemukan hasilnya positif. Dokter dapat memberikan vaksinasi sebelum terlambat.

7. VDRL/RPR
VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) dan RPR (Rapid Plasma Reagin) adalah tes untuk mendeteksi penyakit sifilis. Penyakit ini berbahaya sebab bisa menyerang hampir semua organ tubuh, termasuk jantung dan susunan saraf otak. Janin dalam rahim ibu yang tertular sifilis dapat mengalami keguguran, lahir mati atau hidup dengan gejala sifilis di kemudian hari.


Wanita

TORCH adalah singkatan dari Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes, yaitu gangguan kehamilan yang disebabkan virus dan bisa membahayakan janin. Seorang wanita bisa terinfeksi virus ini lewat berbagai macam hal seperti memelihara kucing atau anjing, sering makan sayuran mentah atau steak tidak matang dan pernah melakukan kontak dengan penderita.

Pemeriksaan TORCH sendiri terdiri atas 4 macam pemeriksaan, yaitu:

1. Anti Rubella
Infeksi Rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan kelainan pada janin. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, maka risiko terjadinya kelainan adalah 50 persen. Jika infeksi terjadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25 persen

Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan tubuh sebelum hamil. Jika ternyata belum punya kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi.

2. Anti Toxoplasma
Penyakit toxoplasma disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma gondi. Gejalanya mirip gejala influenza, timbul rasa lelah, demam dan umumnya tidak menimbulkan masalah. Wanita hamil yang terinfeksi Toxoplasma bisa menyebabkan keguguran, lahir mati atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.

Pada Toxoplasmosis bawaan, gejalanya dapat muncul setelah dewasa berupa kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis atau radang otak. Untuk mengetahui keberadaan parasit ini, diperlukan pemeriksaan laboratorium Anti Toxoplasma IgG.

3. Anti CMV
Penyakit CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo yang serumpun dengan virus Herpes. Virus ini dapat tinggal tanpa menunjukkan gejala di dalam tubuh.

Jika ibu hamil terinfeksi, janin yang dikandung berisiko tertular sehingga mengalami gangguan seperti pembesaran hati, sakit kuning, pengapuran otak, tuli, retardasi mental dan lain-lain. Untuk mendeteksi adanya virus ini, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium Anti CMV

4. Anti HSV
Infeksi herpes pada kelamin disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini menyebar melalui percikan air ludah atau melalui kontak seksual. Sekitar 80 persen infeksi ini masuk ke dalam tubuh bayi lewat mata, kulit, mulut dan saluran pernapasan bayi saat persalinan.

Sekitar 50 persen virus HSV akan menyebar ke seluruh tubuh, sehingga menyerang hati, kelenjar adrenal dan organ tubuh lain. Biasanya terjadi saat bayi berusia 9 -11 hari. Angka kematian pada bayi yang terinfeksi adalah 80 persen apabila tidak diobati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar