Senin, 19 Juli 2010

Nasrudin Dan Tiga Orang Bijak

Pada suatu Hari Ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka pada suatu Hari di desa Nasrudin. Orang-orang desa ini menyodorkan Nasrudin sebagai wakil orang-orang yang bijak di desa tersebut. Nasrudin dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak itu Dan di sekeliling mereka berkumpullah orang-orang desa menonton mereka bicara.
Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, ”Di mana sebenarnya pusat bumi ini?”
Nasrudin menjawab, ”Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.”
”Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?” tanya orang bijak pertama tadi.
”Kalau tidak percaya,” jawab Nasrudin, ”Ukur saja sendiri.”
Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab.
Tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan. ”Berapa banyak jumlah bintang yang Ada di langit?”


Nasrudin menjawab, ”Bintang-bintang yang Ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.”
”Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?”
Nasrudin menjawab, ”Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang Ada di keledai itu, Dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.”
”Itu sih bicara goblok-goblokan,” tanya orang bijak kedua, ”Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.”


Nasrudin pun menjawab, ”Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?”


Mendengar jawaban itu, is bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.
Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan nasrudin Dan dengan ketus bertanya, ”Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang Ada pada ekor keledai itu.” ”Saya tahu jumlahnya,” jawab Nasrudin, ”Jumlah bulu yang Ada pada ekor kelesai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.”


”Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?” tanyanya lagi. ”Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, Saudara mencabut selembar bulu dari ekor keledai saya, Dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.”


Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara menghitung seperti itu. Dan orang-orang desa yang mengelilingi mereka itu semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat orang tersebut.a

Jumat, 16 Juli 2010

IMS sebagai Layanan berbasis Konvergensi


IMS singkatan dari IP Multimedia Subsistem, merupakan sistem arsitektur yang memiliki protocol signaling SIP. Tujuan IMS adalah untuk melayani dengan sebuah platform yang dapat menfasilitasi dan mengelola dalam benyak jenis layanan[1]. IMS melayani banyak fungsi dan memungkinkan untuk dioperasikan dalam layer komunikasi paling atas. IMS mempunyai kemampuan dalam proses autentikasi, pengalamatan, routing, provisioning dll. Seperti pada Gambar 1, IMS menempati layer komunikasi paling atas. IMS pada saat yang sama dapat melayani paket switch dan circuit switch. IMS adalah kunci dari penggabungan kedua jenis jaringan ini[2].

Agar memudahkan integrasi dengan internet, IMS menggunaan protocol IETF termasuk SIP. Menurut grup riset 3GPP, IMS tidak dimaksudkan untuk menstadardisasikan aplikasi tapi lebih kepada cara mengakses aplikasi suara dan multimedia dari terminal wireless dan wireline. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan control secara horizontal yang dapat memisahkan jaringan akses dari service layer. Jika dilihat lebih detil, setiap layanan tidak mempunyai kendali masing-masing, tetapi akan dikendalikan secara bersama-sama pada common horizontal layer[3].

[1] Menuka Jain, Maria Prokopi , The IMS 2.0 Service Architecture, The Second International Conference on Next Generation Mobile Applications, Services, and Technologies, 2008 IEEE
[2] Gonzalo Camarillo, Tero Kauppinen, Martti Kuparinen, and Ignacio Más Ivars , Towards an Innovation Oriented IP Multimedia Subsystem, IEEE Communications Magazine, March 2007
[3] IP Multimedia Subsystem, http://en.wikipedia.org/wiki/IP_Multimedia_Subsystem, diakses tanggal 20 Mei 2010.


Bersyukurlah....


Pagi ini aku datang ke kantor telat, bahkan temanku pun bilang, "Jam segini baru dateng...".
Ku jawab, "bangunku kesiangan...".

Selepas makan siang di kantin, aku segera melepas sepatuku untuk pakai sandal jepit. Segera kuambil air wudhu dan bergegas menuju lobi, tempat dilaksanakannya solat jumat. Aku duduk disebelah salah satu jamaah. Kulihat ia tampak berbeda dengan yang lain, lebih rapi dan pakai peci.
"mungkin dia khotibnya...", benakku berbicara.
Dan....memang benar. Setelah MC solat jumat mempersilakan khotib untuk naik mimbar, ternyata dia, orang yang duduk disampingku, berdiri dan berjalan menuju mimbar.

Kotak infak sudah bergeser, ia berpindah bagai tongkat estafet dari jamaah satu ke jamaah yang lain. Aku masih cuek....

Tibalah saatnya orang disamping kananku, menggeser kotak infak kepada ku. Sekilas kulihat senyum mengembang dibibirnya seraya menggeser kotak infak itu. Aku pun membalas dengan senyum... Namun , aku kaget.
"MasyaAllah..", dalam benakku.
Dia berbeda, nampak tidak biasa. Ada kekurangan di dalam anggota tubuhnya... Tangan dan kakinya tidak sempurna. Namun, kulihat ia nampak tetap bersemangat menjalani kehidupan ini. Dari sinar wajahnya, yang selalu cerah selama mengikuti khotbah jumat.

Ingin sekali kuteteskan air mata. Aku yang diberikan kesempurnaan ini, merasa kurang bersyukur. Memang, hari ini aku nampak kurang mood. Entah kenapa... I don't know, why?

Astagfirullah....

Selasa, 13 Juli 2010

TALI-TEMALI PEREKAT PERNIKAHAN[1]



Cinta, mawaddah, rahmah dan amanah Allah, itulah tali temali ruhani perekatperkawinan, sehingga kalau cinta pupus dan mawaddah putus, masih ada rahmat, dan kalau pun ini tidak tersisa, masih ada amanah, dan selama pasangan itu beragama, amanahnya terpelihara, karena Al-Quran memerintahkan,

Pergaulilah istri-istrimu dengan baik dan apabila kamu tidak lagi menyukai (mencintai) mereka (jangan putuskan tali perkawinan), karena boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu tetapi Allah menjadikan padanya (di balik itu) kebaikan yang banyak (QS Al-Nisa' [4]: l9).

Mawaddah, tersusun dari huruf-huruf m-w-d-d-, yang maknanya berkisar pada kelapangan dan kekosongan. Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dia adalah cinta plus. Bukankah yang mencintai, sesekali hatinya kesal sehingga cintanya pudar bahkan putus. Tetapi yang bersemai dalam hati mawaddah, tidak lagi akan memutuskan hubungan, seperti yang bisa terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan karena hatinya begitu lapang dan kosong dari keburukan sehingga pintu-pintunya pun telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan batin (yang mungkin datang dari pasangannya). Begitu lebih kurang komentar pakar Al-Quran Ibrahim Al-Biqa'i (1480 M) ketika menafsirkan ayat yang berbicara tentang mawaddah.

Rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggu dan mengeruhkannya.

Al-Quran menggarisbawahi hal ini dalam rangka jalinan perkawinan karena betapapun hebatnya seseorang, ia pasti memiliki kelemahan, dan betapapun lemahnya seseorang, pasti ada juga unsur kekuatannya. Suami dan istri tidak luput dari keadaan demikian, sehingga suami dan istri harus berusaha untuk saling melengkapi.

Istri-istri kamu (para suami) adalah pakaian untuk kamu, dan kamu adalah pakaian untuk mereka (QS Al-Baqarah [2]: 187).

Ayat ini tidak hanya mengisyaratkan bahwa suami-istri saling membutuhkan sebagaimana kebutuhan manusia pada pakaian, tetapi juga berarti bahwa suami istri --orang masing-masing menurut kodratnya memiliki kekurangan-- harus dapat berfungsi "menutup kekurangan pasangannya". sebagaimana pakaian menutup aurat (kekurangan) pemakainya.

Pernikahan adalah amanah, digarisbawahi oleh Rasul Saw. dalam sabdanya,

Kalian menerima istri berdasar amanah Allah.

Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena kepercayaannya bahwa apa yang diamanatkan itu, akan dipelihara dengan baik, serta keberadaannya aman di tangan yang diberi amanat itu. Istri adalah amanah di pelukan suami, suami pun amanat di pangkuan istri. Tidak mungkin orang tua dan keluarga masing-masing akan merestui perkawinan tanpa adanya rasa percaya dan aman itu. Suami --demikian juga istri-- tidak akan menjalin hubungan tanpa merasa aman dan percaya kepada pasangannya.

Kesediasn seorang istri untuk hidup bersama dengan seorang lelaki, meninggalkan orang-tua dan keluarga yang membesarkannya, dan "mengganti" semua itu dengan penuh kerelaan untuk hidup bersama lelaki "asing" yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasianya yang paling dalam. Semua itu merupakan hal yang sungguh mustahil, kecuali jika ia merasa yakin bahwa kebahagiannnya bersama suami akan lebih besar dibanding dengan kebahagiaannya dengan ibu bapak, dan pembelaan suami terhadapnya tidak lebih sedikit dari pembelaan saudara-saudara sekandungnya. Keyakinan inilah yang dituangkan istri kepada suaminya dan itulah yang dinamai Al-Quran mitsaqan ghalizha (perjanjian yang amat kokoh) (QS Al-Nisa' [4): 21).

[1]. http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Nikah3.html