Minggu, 14 Agustus 2011

Ketika kemuning senja yang masih enggan berlalu..


Mata yang masih enggan tuk terpejam, dan angin yang menerpa dedaunan dalam kegelapan. Pandangan menerobos awan, terasa tiada batas bertepi, kosong. Sesekali jantung berdesir, mengalir membawa asa yang susah tuk berakhir.

Logika pun tak sanggup lagi menguasai, ragu-haru-biru beradu dalam kalbu, dan tiada yang tahu. Hanya aku dan cicak-cicak lugu berada dalam termangu.

Anak panah telah terlepas dari busurnya, tak mungkin kembali, kecuali akan menusuk. Tabir yang tertutup telah tersingkap, membawa dua kemungkinan, madu atau jamu. Keduanya membawa manfaat, hanya saja rasa yang berbeda.


Dalam dada masih bergelora, seolah tak percaya. Cerminan jiwa yang terluka.

Waktu, perlu waktu tuk mengerti, memahami, dan menerima. Bersama waktu, ku tahu. Dalam jawaban yang tersirat, ada kata yang tak terucap, namun terasa menancap.

Kurendahkan diri di hadapan-Nya, tiada yang salah. Hanya aku yang gegabah maka semua menjadi mubah.

Dan, asa tuk hari esok pun telah menunggu...

15 Ramadhan/15 Agustus 2011




Tidak ada komentar:

Posting Komentar