Minggu, 28 Agustus 2011

Biarkan Hati Menjawabnya


Seorang bertanya kepada gurunya yang mulia, "Kebanyakan orang mengatakan
bahwa saya ini orang yang baik, maka bagaimana saya bisa tahu bahwa saya
benar-benar orang baik?".  Sang guru pun berkata:  "Nampakkanlah sikap dan
perilaku yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang baik.
Jika mereka merasa senang, maka itu pertanda bahwa engkau adalah orang
baik.  Sebaliknya jika mereka merasa tidak senang, maka itu adalah
pertanda bahwa engkau bukan orang baik" Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa:  "Kebajikan
itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa itu apa-apa yang meragu-ragukan
dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal
itu".   Bahkan di dalam hadits lain disebutkan bahwa, sesungguhnya dari
apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama
adalah:  "Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu"

Ketika sahabat lain bertanya kepada Rasulullah SAW tentang 'Kebaikan".
Beliau pun bersabda:  "Mintalah fatwa dari hatimu".  "Kebaikan itu adalah
apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati padanya".  "Dan
dosa itu adalah adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam
hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa padamu dan mereka
membenarkannya".

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan ilham berupa potensi di dalam jiwa
manusia serta hidayah untuk dapat membedakan dan memilih jalan keburukan
(kefasikan) dan kebaikan (ketakwaan) sebagai wujud dari kesempurnaan
ciptaan-Nya.  "Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah
mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan"
(QS.91:7-8).  "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan
dan kejahatan)" (QS.90:10).

Dan Allah SWT telah berfirman pula di dalam al-Qur'an mulia:  "Hanya pada
Tuhanmu sajalah hari itu tempat kembali.  Pada hari itu akan diberitakan
kepada manusia apa yang telah dikerjakannya, dan apa yang dilalaikannya.
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.  Meskipun dia
mengemukakan alasan-alasannya" (QS.75:12-15).


Tujuan utama dari ibadah puasa, sebagaimana digariskan oleh Allah SWT
(QS.2:183), adalah agar kita bertakwa atau bertambah takwa.  Selain
penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa, takwa membuahkan furqan.

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa
kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan
segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu.  Dan Allah
mempunyai karunia yang besar" (QS. Al-Anfal(8):29).

Dalam bahasa lugas furqan berarti kriteria, pembeda antara kebenaran dan
kebatilan.  Menurut ulama tafsir, di dalamnya terkandung makna ketegaran
jiwa (tsabatul qulub), kejernihan mata hati (quwwatul-bashaair), dan
petunjuk terbaik (husnul hidayah).

Ibadah puasa melatih manusia untuk bersikap tegar dalam menyikapi dan
menghadapi berbagai kenyataan, permasalahan, kesulitan dan tekanan hidup.
Puasa melatih manusia untuk berani berkata tidak untuk semua hal yang
tidak disukai Allah SWT, apalagi yang dilarang-Nya.  Selain melatih
ketajaman "mata" (sight) untuk menangkap berbagai fakta puasa juga melatih
kejernihan "mata hati dan pikiran" (insight) membaca apa yang ada di balik
fakta.  Dalam insight terkandung kemampuan untuk secara jernih dan
intuitif melihat keadaan dari suatu situasi yang kompleks
(perspectiveness) serta kemampuan untuk memahami dan menemukan solusi
secara mandiri (self-awareness).  Puasa membebaskan manusia dari "business
as usual" sehingga dapat lebih peka menangkap sinyal-sinyal Ilahi.

Puasa dengan tujuan sejatinya, yaitu takwa, mengasah ketajaman mata, hati,
pikiran dan kesadaran kita untuk membedakan kebenaran dan kebatilan.
Dengan furqan (kriteria),  kita dapat mengambil keputusan dan tindakan
terbaik dengan jiwa tegar sesuai kriteria dan petunjuk Allah SWT. Wallahu
'a'lam,


Sumber:

1. Al-Qura'anul Karim

2. Hadits ke-20 dan 27 dalam Hadits 40  karya Imam Yahya bin Syarifuddin
Al-Nawawi

Hadith ke-20 Dari Abi Mas'ud Ukbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri r.a. telah
berkata : "Telah bersabda Rasulullah s.a.w : "Sesungguhnya dari apa yang
telah di dapati oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama ialah :
"Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu".

Hadith ke-27 Dari Annawwas bin Sam'an r.a. dari Nabi s.a.w. telah berkata
: "Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa adalah apa-apa yang
meragu-ragukan dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam
melakukan hal itu". Dan dari Wabishah bin Ma'bad r.a. telah berkata : "Aku
telah datang kepada Rasulullah s.aw. maka beliau bersabda : "Apakah engkau
datang untuk bertanya tentang kebaikan?" Aku menjawab : "Benar". Beliau
bersabda : "Mintalah fatwa dari hatimu, kebaikan itu adalah apa-apa yang
tenteram jiwa padanya dan tenteram pula hati. Dan dosa itu adalah apa-apa
yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang
memberikan fatwa padamu dan mereka membenarkannya"

3.  Kisah dalam kitab "Tanbihul Ghofilin" (Peringatan bagi Yang Lalai)

4.  Kajian Tafsir

original source: milist dosen FT UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar