Kamis, 02 Maret 2017

5G di China

Jaringan komunikasi bergerak generasi ke-5 (5G) adalah standar komunikasi yang akan datang, merupakan lanjutan dari standar 4G / IMT Advanced. Perencanaan 5G bertujuan untuk mendapatkan kapasitas yang lebih besar, memungkinkan density user broadband yang lebih tinggi, lebih reliabel, dan mendukung komunikasi mesin secara masif. Selain itu pengembangan 5G bertujuan untuk mendapatkan latency yang lebih rendah, konsumsi batere yang lebih rendah, dan implementasi yang lebih baik bagi konsep Internet of Things. [1]
Kapasitas jaringan 5G memungkinkan hingga satu juta sambungan per kilometer persegi, mendukung implementasi Smart City dan Internet of Things agar dapat terkoneksi secara wireless ke jaringan mobile. Pengguna tidak akan lagi mengalami kesulitan akses jaringan di lokasi keramaian.
Jaringan 5G secara teoritis dapat mencapai kecepatan sampai dengan 20 Gbps, jauh lebih cepat daripada kecepatan generasi keempat saat ini yakni 1 Gbps. Latency, atau waktu yang dibutuhkan untuk permintaan data untuk menerima balasan saat mengklik sebuah aplikasi, yang diharapkan menjadi 1 milidetik atau kurang pada 5G, dibandingkan dengan 10 ms pada 4G. [3]
Konsep “5G HyperService Cube” berikut memberikan gambaran multi dimensi dalam hal troughput, latency, dan jumlah koneksi yang dibutuhkan untuk berbagai layanan 5G [6] :
Gambar 1. Layanan 5G dan scenario kebutuhan


ITU menargetkan teknologi 5G telah diterapkan pada gelaran besar Olimpiade di PyeongChang, Korea, di mana menjadi momen pertama kalinya Internet 5G dikomersialkan. Setelah itu, ITU ingin mulai menerapkan spektrum internasional untuk jaringan 5G pada 2019 sebagai bentuk persiapan untuk peluncuran global pada 2020.
Secara teknis 5G akan bernama resmi IMT-2020, mengikuti standar 3G atau IMT-2000, dan 4G atau IMT-Advanced. [2]
Gambar 2. 5G Roadmap dan Timeline

China, selain Jepang dan Korea Selatan berada di posisi terdepan dalam pengembangan teknologi 5G, menurut organisasi GSMA. Negara-negara tersebut telah memiliki tingkat adopsi teknologi 4G yang tinggi dan mendapat dukungan dari pemerintahnya untuk pengembangan 5G.
China memiliki pasar 4G terbesar di dunia dengan hampir 30% pengguna 4G dari 1,3 miliar pengguna seluler pada akhir 2015, adalah negara dengan skala yang memadai untuk sangat mempengaruhi standar 5G global yang baru. Diperkirakan China memiliki kepentingan yang kuat untuk memastikan akan ada bagian yang signifikan dari teknologi China yang tertanam dalam standar 5G – yang akhirnya akan membebaskan ketergantungan mereka pada teknologi asing dan kewajiban pembayaran royalty.
Gambar 3. Total Persentase Pelanggan 4G 

Di China, raksasa telekomunikasi milik pemerintah yakni China Mobile, China Unicom, dan China Telecom mulai melakukan pengujian 5G bersama-sama dengan vendor telekomunikasi seperti Huawei dan ZTE, yang telah mengembangkan infrastuktur yang dibutuhkan untuk jaringan yang akan datang. Uji coba tersebut akan meliputi lebih dari 100 kota. Sebagaimana tujuannya untuk mendapatkan posisi awal dalam perlombaan untuk memimpin generasi berikutnya untuk sistem selular.[3]
Di sisi vendor, Huawei telah menjadi yang pertama berhasil melakukan pengujian performansi lapangan untuk teknologi 5G New Radio (NR) di band 3.5 GHz dan pengujian kompatibilitas dengan berbagai hardware yang sesuai standar industri. Pengujian tersebut dilakukan di China dengan dipimpin oleh Group Promosi IMT-2020 (5G). Huawei mengungkapkan solusi 5G nya akan menyediakan multi-standard coverage melalui single air interface. Dalam pengujian tersebut dapat dibuktikan performansi sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan ITU yakni trouhput sebesar 10 Gbps untuk lebih dari 1 juta koneksi simultan di air interface dengan latency kurang dari 1 ms. [4]
Dalam pengujian interoperabilitas, prototype 5G Huawei menunjukkan kompatibilitas dengan instrument Rohde & Schwarz, Keysight Technology, DT Link Tester, Starpoint and Spirent, dengan menggunakan chip dari Spreadtrum dan Media Tek.
Dari sisi handset, dalam Mobile World Congres di Barcelona, vendor ZTE mengungkapkan smartphone pertama yang kompatibel dengan layanan 5G. Gigabit Phone adalah smartphone pertama yang mampu melakukan download dengan kecepatan mencapai 1 Gbps – 10 kali lebih cepat dibandingkan layanan 4G. Device tersebut memungkinkan untuk 360 derajat video virtua reality dan download music dan video Hi-Fi secara cepat. Tetapi smartphone tersebut baru sebagai “showcase innovation” dan belum akan dipasarkan ke konsumen karena 5G dan virtual realtiy masih belum terealisasi.
Salah satu hal kebutuhan fundamental untuk membangun network 5G adalah penggunaan seluruh spectrum non-contigous yang tersedia secara flexible dan efisien untuk berbagai scenario pengggelaran network yang berbeda. Teknologi 5G memerlukan bandwith yang sangat lebar dengan latency sub-mili detik. Desain baru mengenai node dengan penggunaan seluruh frekuensi radio memerlukan terobosan dalam teknologi radio seperti air interface, RAN, radio frequency transceiver dan device. Radio backhaul dan akses fiber untuk fix network akan menjadi bagian integral dari solusi network komersial generasi berikutnya. Gambaran mengenai arsitektur radio akses 5G :
Gambar 4. 5G All-spectrum access RAN

Selain penggunaan seluruh spectrum non-contigous yang tersedia secara flexible dan efisien untuk berbagai scenario, membebaskan tambahan spectrum juga diperlukan untuk mendukung seribu kali peningkatan kapasitas menjelang 2020 – dan bahkan akan meningkat lebih tinggi setelah tahun 2040.
                Saat consensus global diperlukan untuk penambahan 500 MHz sampai 1 Ghz penambahan bandwith, pertimbangan berikut harus dilakukan :
·         Spectrum yang tersedia dan diatur penggunaannya oleh hokum local perlu diharmonisasi, sehingga sirkulasi global dan skala ekonomi perangkat mobile tidak terpengaruh secara negative.
·         Seluruh band yang tersedia dan band IMT baru akan digunakan untuk mencapai 10 Gbps per individual end user, merupakan tantangan besar untuk perancangan system 5G.

Untuk memaksimalkan efisiensi spectrum, seluruh spectrum akses dan teknologi programmable air interface perlu dapat memetakan kebutuan layanan berdasar kombinasi terbaik dari frekuensi dan sumber daya radio. Keberlanjutan penerapan SDN dan arsitektur cloud akan mendukung merealisasikan hal tersebut dan menyediakan on-demand customization teknologi mobile untuk menjamin QoS yang lebih baik, meningkatkan TVO network, menurunkan network TCO, menurunkan konsumsi energy.
Kesuksesan 5G bergantung pada seluruh ekosistem ICT. Pertumbuhannya akan dibangun dari kesuksesan LTE. Inovasi ekosistem ICT juga akan menjadi penggerak utama dalam terciptanya pasar 5G yang lebih besar. [6]

Daftar Pustaka :
  1. https://en.wikipedia.org/wiki/5G
  2. http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150622154746-185-61626/kecepatan-internet-5g-mulai-disepakati-internasional/
  3. http://www.scmp.com/tech/china-tech/article/2025031/china-roll-out-5g-mobile-equipment-trials-across-100-cities
  4. http://www.huawei.com/en/news/2017/2/Huawei-Leads-the-Way-5G-China
  5. https://www.geo.tv/latest/132521-China-launches-worlds-first-5G-ready-smartphone
  6. www.huawei.com/5gwhitepaper
Kontributor: Cahyo Nugroho, ASA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar