Senin, 25 Oktober 2010

Sekali Lagi Aku Harus Bersyukur

Lantai 2 Gedung DTE, sudah mulai ramai oleh mahasiswa. Ya, jam telah menunjukkan pukul sebelas lewat tigapuluh satu menit. Pak Halim, orang yang satu ruangan dengan ku telah keluar sejak pukul 10 pagi.
Kuambil ponselku dan kutulis sms ke kedua temanku, "Makan yuk". Selang beberapa menit kemudian, ponselku berdering, ada jawaban, "Yukk.., ditunggu di lantai 1".
Sebentar kupakai sepatu, lalu bergegas ke luar ruangan, menuju ke lantai 1. Di lantai 1 telah menunggu kedua temenku dan seorang dosen muda yang sedang hamil tua, ya sudah berjalan 9 bulan.

Kami melangkah bersama menuju kantin. Sepanjang lorong selasar terlihat banyak mahasiswa berkerumun, tampaknya mereka sedang berdiskusi. Maklum, lagi masa-masa UTS.

Kurang lebih 10 menit, kami telah samapi kantin. Layaknya antre sembako, kami mengambil jatah makanan yang telah disediakan. Ada meja segi empat yang memang pas buat kami ber empat. Calon ibu muda mulai bercerita. Banyak teman-temannya yang sesungguhnya ingin seperti kami. Bahkan ada yang dibela-belain sekolah dg biaya sendiri, untuk mendapat pengakuan. Tidak hanya satu dua, banyak. Tapi, mungkin Allah memang tidak menakdirkan di sini. Ia bercerita banyak, tentang suka duka dan perjuangnnya untuk memperoleh pengakuan. Diakhir ceritanya, ia berkata, "Semua memang harus tahu jalannya".

Sepanjang perjalanan balik ke ruangan, aku terus merenung. Jika kulihat, orang-orang yang ia ceritakan mungkin lebih hebat, lebih pintar, lebih cerdas dari ku. Aku teringat pada seseorang, ia cerdas, bintang kelas, cumlaude dan dengan segala kelebihan yang ia miliki.

Aku berbisik pada temanku, Teman, sudah seharusnya kita lebih bersyukur. Lebih berkomitmen dan bekerja keras. Sementara thesisku belum kelar-kelar.

Semoga Allah SWT memaafkan kekhilafan kita, memberi petunjuk yang terang atas jalan kebenaran yang kita lalui. Amiiin. (25 Oktober 2010, lt3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar