Kamis, 02 Desember 2010

Sebuah Tamparan bagi Bangsa

Deso (baca ndeso) itulah sebutan untuk orang yang norak, kampungan, udik, shock culture, Countrified dan sejenisnya. Ketika mengalami atau merasakan sesuatu yang baru dan sangat mengagumkan, maka ia merasa takjub dan sangat senang, sehingga ingin terus menikmati dan tidak ingin lepas, kalau perlu yang lebih dari itu. Kemudian ia menganggap hanya dia atau hanya segelintir orang yang baru merasakan dan mengalaminya. Maka ia mulai atraktif, memamerkan dan sekaligus mengajak orang lain untuk turut merasakan dan menikmatinya, dengan harapan orang yang diajak juga sama terkagum-kagum sama seperti dia.
Pantas kita cermati bahwa wabah yang sangat mengerikan dari atas sampai bawah : 
-  Orang bisa antri Raskin sambil pegang hp 
-  Pelajar bisa nunggak SPP sambil merokok 
-  Orang tua lupa siapkan SPP, karena terpakai untk beli tv dan kulkas  
-  Orang bule mabuk krn kelebihan uang, Orang kampung mabuk beli minuman patungan 
-  Pengemis bisa pake walkman sambil goyang kepala 
-  Para Pengungsi bisa berjoged dalam tendanya 
-  Orang beli Gelar akademis di ruko-ruko tanpa kuliah 
-  Ijazah S3 luar negeri bisa di beli sebuah rumah petakan gang sempit di cibubur 
-  Kelihatannya orang sibuk ternyata masih sering keluar masuk Mc Donald 
-  Kelihatannnya orang penting, ternyata sangat tahu detail dunia persepakbolaan. 
-  Kelihatan seperti aktivis tapi habis waktu untuk mencetin hp 
-  62 tahun merdeka, lomba-lombanya masih makan kerupuk saja 
-  Agar rakyat tidak kelaparan maka para pejabatnya dansa dansi di acara tembang kenangan. 
-  Agar kampanye menang harus berani sewa bokong-bokong bahenol ngebor 
-  Agar masyarakat cerdas maka sajikan lagu goyang dombret dan wakuncar 
-  Agar bisa disebut terbuka maka harus bisa buka-bukaan 
- Agar kelihatan inklusif mk hrs bisa menggandeng siapa saja, kl perlu jin tomang jg digandeng
sumber: 
NDESO" oleh : Ika S. Creech *) 
dengan perubahan seperlunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar