Selasa, 05 Januari 2010

Sejarah 3GPP

Perkembangan teknologi seluler dimulai pada tahun 1981 dikenal dengan teknologi NMT(Nordic Mobile Telephony), pada saat yang sama pun dikenal dengan AMPS(Advanched Mobile Phone Services) yang dikenalkan di Amerika Utara. Keduanya menggunakan teknologi analog dan dikenal dengan generasi pertama(1G).
Pada tahun 1980, CEPT(Eroupe Conferences for Postal and Telecommunitions Adminitrations) memperkenalkan generasi kedua yang dikenal dengan GSM. Pada tahun 1989 GSM dilanjutkan oleh ETSI(Eroupean Telecommuniation Standart Institute) yang memutuskan bahwa GSM menggunakan metode akses berbasis TDMA. Pengembangan juga dilakukan oleh TIA di Amerika Serikat dan menghasilkan IS-54 yang berbasis TDMA. Pengembangan seluler berbasis TDMA juga dilakukan di Jepang yang dikenal dengan PDC. Di Amerika juga pada tahun 1993 dikembangan pula dengan basis CDMA yang dikenal dengan IS-95.
Pada 2G juga mendukung komunikasi data dengan dengan kecepatan maksimu 9,6 kbps. Komunikasi data ini menjadikannya cikal bakal SMS(Short Messaging Services). Pada perkembangannya 2G mengalami evolusi menjadi 2,5G, dikenal juga dengan GPRS. GPRS(Global Packet Radio Services) memungkinkan peningkatan kecepatan akses data yaitu dengan menandai beberapa slot waktu untuk satu user dan dengan memodifikasi skema pengkodeannya.

3G Awal
Sesungguhnya 3G telah muncul pada tahu 1990-an, yaitu dengan rekomendasi ITU-T yang dikenal dengan IMT-2000 dengan kebutuhan spectrum sebesar 230 MHz, dengan rincian 2 x 60 MHz menggunakan FDD dan 35 MHz menggunakan TDD. Adapaun spesifikasi data rate yang harus dicapai adalah 2 Mbps diakses saat diam atau di dalam ruang, 144 Kbps diakses oleh pejalan kaki, dan 64Kbps saat diakses melalui kendaraan.
Perkembangan 3G dilajutkan oleh organisasi-organisasi riset di seluruh dunia. Di Eropa 3G dikenal dengan UMTS(Universal Mobile for Telecommunication System). Secara terpisah di Jepang, oleh ARIB(Assosiative of Radio Industries and Busnisses), mengembangkan 3G dengan konsep Wideband CDMA, begitu pula Amerika Serikat dan Korea.
Pada awal 1998 dilakukan standarisasi yang dipelopori oleh UMTS yang kemudian diikuti oleh ETSI dan ARIB. Standar yang digunakan yaitu FDD menggunakan WCDMA dan TDD menggunakan TD-CDMA(Time Division-CDMA ). Dengan motif untuk memudahkan standarisasi pengembangan 3G maka dibentuklah 3GPP(Three Generation Partnership Project) yang beranggotakan ARIB (Jepang),CCSA (China), ETSI (Eropa), ATIS (USA), TTA (Korea) dan TTC (Jepang).
Secara terpisah di Cina dikembangkan pula 3G berbasis TD-SCDMA. Pada akhirnya teknologi ini digabungkan dalam 3GPP Rilis 4. Selanjutnya dalam Rilis lima yang dominan adalah kemapuan HSDA(High Speed Downlink Packet Access), sedang pada Rilis 6 adalah meningkatkan Uplink Access. Dan pada Rilis 7, 3GPP mulai focus pada LTE(Long Term Evolution) dan SAE(Sistem Architecture Advance).

Proses Standardisasi
Proses standardisasi dilakukan melalui empat tahapan yaitu:
1. Target(Requirements), sesuatu yang harus dicapai
2. Arsitektur(Architecture), bagian-bagian per blok dan penghubungnya(interface)
3. Spesifikasi(Deatiled Specification), masing-masing penghubung dijelaskan secara detil
4. Test dan Verifikasi(Testing and Veifications), pengujian agar bisa diterapkan secara riil


Gambar 1.1 Tahapan Hierarkis

Dalam prakteknya, proses standarisasi di atas dilakukan secara hierarkis saling mempengaruhi seperti pada gambar 1.1. Hasil setiap tahap dapat mempengaruhi tahap sebelumnya, misalkan pada tahap Test dan Verifikasi agar bisa diimplementasikan harus menambahkan sebuah blok pada Arsitektur-nya maka hal itu bisa terjadi. Sehingga terjadi perubahan pada tahap Arsitektur-nya. Begitu pula dengan tahapan yang lain.

Spektrum 3G
Spektrum 3gG dirumuskan pertama kali saat Kongres Adminitrasi Radio tinggakt dunia(WARC-92). Pada resolusi nomor 212[60] ditentukan pada pita frekuensi 1885–2025 dan 2110–2200MHz. Dan spesifikasi untuk Rilis 7 yang memerlukan 10 pita frekuensi untuk FDD dan 4 untuk TDD. Pada tabel 1.1 masing-masing menunjukkan pita frekuensi FDD dan TDD untuk setiap daerah di seluruh dunia.

Tabel 1.1 Pita frekuesi untuk FDD(a) dan TDD(b)


(a)


(b)

Untuk pembagian FDD secara spesifik dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini.


Gambar 1.2 Skematik pembagain pita frekuensi pada FDD



Tidak ada komentar:

Posting Komentar