sumber: kompas
Seorang ibu sangat besar perannya dalam membentuk kecerdasan anak sejak masih dalam kandungan sampai lahir. Ibu harus mengerti betul soal gizi buat dirinya maupun bayi yang telah lahir. Selain supaya bayi sehat, juga bertumbuh tingkat kecerdasannya.
Otak terletak di dalam tengkorak yang berhubungan langsung dengan sumsum tulang belakang, serta membentuk suatu sistem saraf pusat. Dibandingkan dengan seluruh berat badan, berat otak hanya mencapai 2–3 persen.
Tetapi, peranan otak sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun beratnya sangat kecil, tetapi kebutuhannya akan oksigen dan glukosa paling banyak dibandingkan dengan organ-organ lainnya.
Pada orang dewasa, diperlukan 600 mililiter oksigen (25 persen dari total konsumsi oksigen oleh tubuh) dan 100 mililiter glukosa per menit. Kebutuhan sebanyak itu harus dibawa oleh satu liter darah (20 persen dari seluruh darah yang dikeluarkan jantung setiap menit) yang mengalir ke otak.
Terhentinya aliran darah selama tiga menit saja dapat mengakibatkan kerusakan sel otak, sedangkan aliran darah yang berhenti selama lebih dari sembilan menit akan mengakibatkan kematian.
Susunan otak sangat rumit, tetapi secara sederhana dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu otak besar (cerebrum) dan otak kecil (cerebellum). Otak besar merupakan 70 persen dari seluruh isi otak, serta bertanggung jawab terhadap tingkat kecerdasan dan kemampuan berpikir kita.
Dalam otak besar inilah, informasi yang diterima oleh organ penginderaan diolah, disimpulkan dan ditanggapi. Otak kecil bervolume kira-kira 10 persen dari seluruh otak, berfungsi sebagai pengontrol koordinasi dan keseimbangan.
Tingkat kecerdasan
Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang dibawa oleh individu sejak lahir untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru serta memecahkan berbagai permasalahan secara cepat dan tepat.
Tingkat kecerdasan anak sangat ditentukan oleh keadaan otak dan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sifat genetis, lingkungan (fasilitas, sosial ekonomi keluarga), motivasi, dan status gizinya. Kepandaian seseorang dapat diukur dengan alat electro encephalogram (EEG), alat positron emission tomography (PET), dan tes IQ.
Alat EEG dapat menangkap dan mencatat gelombang arus yang dipancarkan oleh otak. Sementara alat PET mencatat reaksi otak terhadap suatu permasalahan. Otak yang cerdas hanya memerlukan sedikit reaksi untuk memecahkan masalah. Sedangkan yang kurang cerdas tampak akan mengerahkan hampir semua bagian otaknya untuk menjawab permasalahan yang sama.
Tes IQ sejak lama telah dipakai. Tes ini sebagai salah satu cara untuk menduga tingkat kecerdasan seseorang. Orang-orang yang terkenal terbukti memiliki IQ yang tinggi.
Misalnya, Albert Einstein yang sangat ahli dalam bidang fisika, matematika, dan juga pemain biola yang sangat piawai itu memiliki IQ 172 (72 persen lebih tinggi dari orang kebanyakan).
Demikian juga dengan Henri Poincare, seorang ahli matematika yang terkenal karena ketajaman intuisinya tercatat memiliki IQ di atas 200. Plato, Michael Angelo, Mozart, dan tokoh-tokoh lainnya telah dicatat sejarah sebagai pemilik IQ yang tinggi serta ahli dalam bidangnya masing-masing.
Menurut Tirtonegoro (1984), tingkat kecerdasan seseorang menyebar secara normal mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, yaitu 1 persen cacat berat/idiot (IQ 0-25), 2 persen cacat agak berat/imbesil (IQ 25-50), 20–25 persen cacat ringan/debil (IQ 50-75) dan lamban belajar (IQ 75-85), 50–55 persen rata-rata/normal (IQ 90-110), 20–25 persen superior (IQ 110-125), 2 persen sangat superior/gifted (IQ 125-140), serta 1 persen genius (IQ 140-200).
Perkembangan otak manusia dimulai sejak ia masih berupa janin di dalam kandungan. Oleh karena itu, para ibu hamil dituntut untuk senantiasa menciptakan status gizi yang baik dan perawatan yang memadai agar bayi yang kelak dilahirkan mengalami proses tumbuh kembang yang optimal.
Kekurangan energi
Keadaan gizi ibu hamil sangat erat hubungannya dengan berat badan bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil adalah salah satu kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah gizi, terutama masalah kekurangan energi dan protein (KEP). Bayi yang dilahirkan oleh para ibu dengan kondisi KEP akan mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2,5 kg.
Kondisi BBLR akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan anak selanjutnya. Selain kekurangan gizi, bayi yang baru lahir tersebut juga akan mengalami kemunduran perkembangan otak. Hal ini akan berakibat terjadinya penurunan kemampuan belajar dan kemampuan akademis pada usia yang lebih lanjut. Selain itu, bayi BBLR mempunyai kemungkinan meninggal sebelum usia satu tahun, 17 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan berat badan normal.
Ibu-ibu hamil yang cukup gizi akan mengalami pertambahan berat badan rata-rata sebesar 12,5 kg selama 9 bulan kehamilannya dan akan melahirkan bayi dengan berat badan rata-rata 3,3 kg. Untuk mencapai kondisi tersebut, ibu hamil harus cukup mengonsumsi bahan-bahan makanan sumber energi, protein, vitamin, dan mineral.
Rata-rata tambahan energi yang diperlukan selama masa kehamilan adalah 80.000 kilokalori. Jumlah tersebut terbagi atas 150 kilokalori per hari selama trimester (tiga bulan) pertama, serta 350 kilokalori per hari selama trimester kedua dan ketiga masa kehamilan.
Tambahan protein yang diperlukan untuk mencapai keadaan normal tersebut adalah 925 gram, yaitu rata-rata 3,3 gram per hari selama masa kehamilannya. Tambahan protein yang diperlukan selama trimester pertama, kedua, dan ketiga masing masing 1,2; 6,1 dan 10,7 gram per hari. Selain itu, diperlukan juga tambahan vitamin dan mineral yang dapat diperoleh dari sayuran dan buah-buahan.
Kondisi KEP pada ibu-ibu hamil sudah barang tentu akan berpengaruh besar terhadap anatomi otak bayi yang kelak dilahirkan, taitu menyangkut berat otak, jumlah sel otak, dan besar sel otak. Telah diketahui bahwa anatomi otak sangat berhubungan erat dengan tingkat kecerdasan anak di kemudian hari.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah konsumsi asam lemak tidak jenuh ganda rantai panjang (PUFA). Termasuk ke dalam kelompok PUFA adalah asam lemak Omega-3 dan asam lemak Omega-6.
Asam lemak Omega-3 yang umumnya terdapat pada lemak ikan laut terdiri dari asam lemak linolenat, asam eikosapentanoat (eicosapentanoic acid = EPA), dan asam dokosaheksanoat (docosahexanoic acid = DHA), yang masing-masing terdiri dari 3,5 dan 6 buah ikatan rangkap. Asam lemak Omega-6 yang umumnya terdapat pada lemak biji-bijian, terdiri dari asam linolenat dan asam arakhidonat.
Asam lemak Omega-3, khususnya DHA, telah diketahui sangat besar peranannya dalam perkembangan otak. Sehingga keberadaannya sangat diperlukan pada masa pertumbuhan otak seseorang, yaitu sejak masa janin hingga usia 2 tahun setelah kelahiran.
Selain diperoleh dari ikan dan minyak ikan laut, saat ini beberapa industri pangan telah melakukan penambahan asam lemak DHA ke dalam susu untuk ibu hamil maupun susu formula bayi.
Prof DR Made Astawan
Dosen di Departemen Teknologi
Pangan dan Gizi-IPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar