Secara teknis 5G akan bernama
resmi IMT-2020, mengikuti standar 3G atau IMT-2000, dan 4G atau IMT-Advanced.
[2]
China, selain Jepang dan Korea
Selatan berada di posisi terdepan dalam pengembangan teknologi 5G, menurut
organisasi GSMA. Negara-negara tersebut telah memiliki tingkat adopsi teknologi
4G yang tinggi dan mendapat dukungan dari pemerintahnya untuk pengembangan 5G.
China memiliki pasar 4G terbesar
di dunia dengan hampir 30% pengguna 4G dari 1,3 miliar pengguna seluler pada
akhir 2015, adalah negara dengan skala yang memadai untuk sangat mempengaruhi
standar 5G global yang baru. Diperkirakan China memiliki kepentingan yang kuat
untuk memastikan akan ada bagian yang signifikan dari teknologi China yang
tertanam dalam standar 5G – yang akhirnya akan membebaskan ketergantungan
mereka pada teknologi asing dan kewajiban pembayaran royalty.
Di China, raksasa telekomunikasi
milik pemerintah yakni China Mobile, China Unicom, dan China Telecom mulai
melakukan pengujian 5G bersama-sama dengan vendor telekomunikasi seperti Huawei
dan ZTE, yang telah mengembangkan infrastuktur yang dibutuhkan untuk jaringan
yang akan datang. Uji coba tersebut akan meliputi lebih dari 100 kota.
Sebagaimana tujuannya untuk mendapatkan posisi awal dalam perlombaan untuk
memimpin generasi berikutnya untuk sistem selular.[3]
Di sisi vendor, Huawei telah menjadi
yang pertama berhasil melakukan pengujian performansi lapangan untuk teknologi
5G New Radio (NR) di band 3.5 GHz dan pengujian kompatibilitas dengan berbagai
hardware yang sesuai standar industri. Pengujian tersebut dilakukan di China
dengan dipimpin oleh Group Promosi IMT-2020 (5G). Huawei mengungkapkan solusi
5G nya akan menyediakan multi-standard coverage melalui single air interface.
Dalam pengujian tersebut dapat dibuktikan performansi sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan ITU yakni trouhput sebesar 10 Gbps untuk lebih dari 1 juta
koneksi simultan di air interface dengan latency kurang dari 1 ms. [4]
Dalam pengujian interoperabilitas,
prototype 5G Huawei menunjukkan kompatibilitas dengan instrument Rohde &
Schwarz, Keysight Technology, DT Link Tester, Starpoint and Spirent, dengan
menggunakan chip dari Spreadtrum dan Media Tek.
Dari sisi handset, dalam Mobile
World Congres di Barcelona, vendor ZTE mengungkapkan smartphone pertama yang
kompatibel dengan layanan 5G. Gigabit Phone adalah smartphone pertama yang
mampu melakukan download dengan kecepatan mencapai 1 Gbps – 10 kali lebih cepat
dibandingkan layanan 4G. Device tersebut memungkinkan untuk 360 derajat video
virtua reality dan download music dan video Hi-Fi secara cepat. Tetapi
smartphone tersebut baru sebagai “showcase innovation” dan belum akan
dipasarkan ke konsumen karena 5G dan virtual realtiy masih belum terealisasi.
Salah satu hal kebutuhan fundamental untuk
membangun network 5G adalah penggunaan seluruh spectrum non-contigous yang tersedia secara flexible dan efisien untuk
berbagai scenario pengggelaran network yang berbeda. Teknologi 5G memerlukan
bandwith yang sangat lebar dengan latency sub-mili detik. Desain baru mengenai
node dengan penggunaan seluruh frekuensi radio memerlukan terobosan dalam
teknologi radio seperti air interface, RAN, radio frequency transceiver dan
device. Radio backhaul dan akses fiber untuk fix network akan menjadi bagian
integral dari solusi network komersial generasi berikutnya. Gambaran mengenai
arsitektur radio akses 5G :
Selain penggunaan seluruh spectrum non-contigous yang tersedia secara
flexible dan efisien untuk berbagai scenario, membebaskan tambahan spectrum
juga diperlukan untuk mendukung seribu kali peningkatan kapasitas menjelang
2020 – dan bahkan akan meningkat lebih tinggi setelah tahun 2040.
Saat
consensus global diperlukan untuk penambahan 500 MHz sampai 1 Ghz penambahan
bandwith, pertimbangan berikut harus dilakukan :
·
Spectrum
yang tersedia dan diatur penggunaannya oleh hokum local perlu diharmonisasi,
sehingga sirkulasi global dan skala ekonomi perangkat mobile tidak terpengaruh
secara negative.
·
Seluruh
band yang tersedia dan band IMT baru akan digunakan untuk mencapai 10 Gbps per
individual end user, merupakan tantangan besar untuk perancangan system 5G.
Untuk memaksimalkan efisiensi
spectrum, seluruh spectrum akses dan teknologi programmable air interface perlu
dapat memetakan kebutuan layanan berdasar kombinasi terbaik dari frekuensi dan
sumber daya radio. Keberlanjutan penerapan SDN dan arsitektur cloud akan
mendukung merealisasikan hal tersebut dan menyediakan on-demand customization
teknologi mobile untuk menjamin QoS yang lebih baik, meningkatkan TVO network,
menurunkan network TCO, menurunkan konsumsi energy.
Kesuksesan 5G bergantung pada seluruh ekosistem
ICT. Pertumbuhannya akan dibangun dari kesuksesan LTE. Inovasi ekosistem ICT
juga akan menjadi penggerak utama dalam terciptanya pasar 5G yang lebih besar.
[6]
Daftar Pustaka :
- https://en.wikipedia.org/wiki/5G
- http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150622154746-185-61626/kecepatan-internet-5g-mulai-disepakati-internasional/
- http://www.scmp.com/tech/china-tech/article/2025031/china-roll-out-5g-mobile-equipment-trials-across-100-cities
- http://www.huawei.com/en/news/2017/2/Huawei-Leads-the-Way-5G-China
- https://www.geo.tv/latest/132521-China-launches-worlds-first-5G-ready-smartphone
- www.huawei.com/5gwhitepaper
Kontributor: Cahyo
Nugroho, ASA